Minggu, 17 Februari 2008

Kisah penebang kayu

Suatu ketika, hiduplah seorang penebang kayu yang masih muda. Dia
tinggal bersama seorang istri yang baik. Setiap hari, penebang ini pergi
ke hutan, dan menebang setiap pohon yang layak untuk dipotong, lalu
menjualnya ke kota.

Pada suatu pagi, si Penebang berkata pada istrinya, "Bu, aku akan
menebang 10 pohon hari ini. Aku merasa, aku masih kuat untuk itu semua."
Sang istri merasa senang. Ia pun lalu melepas kepergian suaminya ke
hutan. Betul saja, di senja hari, Penebang itu kembali dengan membawa
uang hasil penjualan 10 pohon.

Hal itu terus berlaku dari hari ke hari. Pagi-pagi sekali, Penebang muda
itu selalu bergegas pergi untuk menebang pohon. Namun, lama kemudian,
hasil yang didapat dirasakan makin menurun.

Minggu berikutnya, si penebang hanya mampu menghasilkan 8 pohon. Lalu 6
pohon di minggu berikutnya. Sampai akhirnya si penebang muda ini cuma
mampu menebang 3 pohon.

"Ah, mengapa ini semua terjadi. Bukankan aku masih muda dan kuat?" keluh
si Penebang, "Untuk orang seusiaku, pasti bisa lebih banyak pohon yang
dapat ditebang." Sang istri hanya mendengarkan. "Hmm... Atau apakah aku
sudah mulai tua?" keluhnya lagi.

Istrinya yang semula diam, mulai angkat bicara, "Suamiku, engkau memang
masih muda, dan ya, aku yakin, engkau bisa menebang lebih banyak lagi.
Namun, engkau juga harus ingat, engkau harus mengasah kapak-kapakmu
sebelum pergi bekerja. Sia-sialah semua tenagamu, kalau kau hanya punya
kapak yang tumpul. Suamiku, kita tak dapat selalu berharap hasil
tebangan yang banyak, kalau kita selalu lupa untuk mengasah kapak yang
kita miliki."

***

Sebenarnya, kita adalah si penebang muda tadi. Terlalu sering kita
berharap, untuk mendapatkan hasil yang banyak, tanpa berusaha melihat ke
dalam diri kita. Terlalu sering kita bermohon kepada Allah, untuk
mendapatkan pahala dan imbalan yang sesuai, namun dengan kualitas ibadah
yang minim sekali.

Kerapkali, cuma sedikit waktu yang kita berikan untuk mengasah keimanan
kita dengan harapan pahala yang berlimpah. Kita sering lupa untuk
mengasah semuanya. Padahal di sekeliling kita, ada banyak sekali hal
yang bisa dijadikan pengasah batin dan iman kita. Kebajikan-kebajikan
sosial, adalah salah satunya.

source: milis tetangga :)

Jumat, 15 Februari 2008

can i see her smile again??

yup.. gw ngga tau knapa jadi mau melihat senyuman itu lagi, sebuah senyuman balasan yang dilemparkan dirinya ketika gw sendiri ngga tau knapa harus tersenyum kepadanya... senyuman yg membuat mood gw yang sedang mendung pada saat itu menjadi terang kembali...

mungkinkah aku bisa melihat senyumannya lagi dan berharap pada kesempatan tersebut, diri ini cukup berani untuk sekedar menyapanya dan menanyakan namanya...huff

thanks for your smile at the time when i really need someone to lighten up my day